Waspada Penyakit Syubhat Dan Syahwat





Hati berkedudukan seperti raja. Seorang raja senantiasa mengatur pasukan dengan kewenangan mutlak. Ia mengeluarkan intruksi dan menggunakan sekehendaknya. Seluruh anggota badan tunduk kepada kekuasaannya. Dia menentukan apakah seluruh anggota badan istiqomah atau menyimpang. Dia yang menjadi panutan seluruh anggota, yang menguatkan tekat atau memudarnya. Nabi SAW bersabda :

أَلاَ إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini terdapat segumpal daging, apabila baik maka seluruh jasad menjadi baik pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jadi, hati adalah raja bagi semua anggota badan. Seluruh anggota badan akan melaksanakan perintahnya dan menerima pemberiannya. Tidak ada satu perbuatan yang bisa terlaksana dengan benar, kecuali bila terbit dari kehendak dan niat hati. Hati yang bertanggung jawab terhadap seluruh anggota badan, karena “Setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.”
Karena itu, memperbaiki dan meluruskan hati merupakan perhatian utama orang-orang yang menempuh jalan menuju allah. Memperhatikan berbagai penyakit hati berikut pengobatannya merupakan tindakan paling penting yang dilakukan oleh para ahli ibadah.

Allah SWT berfirman mengenai orang-orang  munafik : “Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka”. (QS. Al-Baqarah (2) : 10)

Penyakit Syubhat Dan Syahwat

Di dalam diri manusia ada dua jenis penyakit yang harus ditangani dengan serius. Kalau orang terkena penyakit Liver tetapi dia orang beriman dan bersabar kalau mati ia akan bisa masuk surga. Tetapi kalau orang terkena penyakit ini dan dia tidak mengobatinya bisa membahaya di kehidupan dunia dan akhiratnya. Pertama penyakit syubhat, kedua penyakit syahwat. Kedua penyakit ini tidak dirasakan sama sekali oleh pemilik hati. Penyakit syubhat itu akan bisa mengakibatkan rusaknya ilmu dan keyakinan. Penyakit syahwat akan bisa mengakibatkan rusaknya niat dan kehendak.

Ibnu Qoyyim al Jauziyah menjelaskan kesempurnaan hati terwujud dengan menggunakan dua hal. Pertama quwatul ‘ilmi (potensi ilmu) untuk memahami untuk memahami, mengenali dan membedakan kebenaran dan kebatilan. Kedua quwwatul iradah wal mahabbah (potensi kehendak dan cinta) untuk mencari, mencintai dan mengutamakan kebenaran daripada kebatilan.

Ibnu Qoyyim mengatakan “Barangsiapa tidak mengetahui kebenaran maka ia tersesat. Barangsiapa mengetahui kebenaran, tetapi lebih menyukai yang lain daripadanya maka ia dimurkai. Adapun yang mengetahui kebenaran lalu mengikutinya maka ia dikaruniai nikmat.”

Allah SWT telah memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya dalam shalat sebanyak 17 kali, agar dia menunjukkan kita ke jalan orang-orang yang di karunia nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai atau tersesat. Karena itulah, orang-orang Nasrani disebut sebagai umat yang tersesat, karena mereka bodoh. Sedangkan orang-orang Yahudi disebut sebagai umat yang dimurkai, karena mereka membangkang. Sedangkan umat Islam adalah umat yang dikaruniai nikamat. Sufyan bin Uyainah berkata :
مَنْ فَسَدَ مِنْ عُبَّادِنَا فَفِيْهِ شِبْهٌ مِنَ النَّصَارَى وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا فَفِيْهِ شِبْهٌ مِنَ الْيَهُوْدِ
“Barangsiapa yang rusak di antara para ahli ibadah kita ini maka di dalam dirinya terdapat keserupaan dengan orang-orang Nasrani. Dan barangsiapa yang rusak di antara para ulama kita maka pada dirinya terdapat keserupaan dengan orang-orang Yahudi.”

Sebab orang-orang Nasrani beribadah tanpa ilmu, mereka terkena penyakit syubhat. Sedangkan orang-orang Yahudi mengetahui kebenaran tetapi meninggalkan, mereka terkena penyakit syahwat.

Al-Qur’an sebagai Obat

Tidaklah Allah SWT itu menurunkan suatu penyakit, akan tetapi Allah SWT juga menurunkan obatnya. Diatas telah dibahas bahwa pangkal penyakit hati adalah syubhat dan syahwat.

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai asy-syifa’ (obat) terhadap dua penyakit yaitu penyakit syubhat dan syahwat. Allah berfirman :

“Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus (10) : 57)

Jadi Al-Qur’an adalah penyembuh bagi penyakit jahl (kebodohan) dan ghayy (penyimpangan) yang berada dalam dada. Jahl adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan ilmu dan petunjuk, sedangkan ghayy adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan rusyd (kelurusan dalam kebenaran).

Al-Qur’an merupakan penawar bagi kedua penyaki tersebut. Didalammnya terdapat keterangan-keterangan dan argumen-argumen yang bisa membedakan antara yang benar dan yang salah, sehingga menghilangkan penyakit-penyakit syubhat yang merusak ilmu, pemikiran dan pengetahuan. Dengan begitu hati bisa melihat segala sesuatu sebagaimana mestinya.

Adapun al-Qur’an mampu menyembuhkan penyakit syahwat adalah, karena di dalamnya terkandung berbagai hikmah, pelajaran yang baik, dorongan, ancaman, penanaman sikap zuhud terhadap dunia, anjuran untuk mencintai akhirat, tamtsil, dan kisah yang mengandung banyak pelajaran. Bila hati yang sehat mengetahui itu, ia menyukai hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia maupun di akhirat serta membenci apa yang memberikan madharat kepadanya. Dengan demikian, hati akan mencintai kebenaran dan membenci penyimpangan.

Rasulullah SAW juga menyifati para khalifah beliau dengan sifat yang berlawan dengan kedua penyakit tersebut. Beliau bersabda :

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءُ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ
“Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para khalifah yang lurus lagi mendapatkan petunjuk setelahku.” (HR. Abu dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Darimi, Ahmad, darimi, hakim).

Allah Swt telah menjadikan Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi manusia secara umum, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman kepadanya secara khusus, serta sebagai penyembuh yang sempurna bagi penyakit-penyakit yang ada dalam hati. Barang siapa berobat dengannya, niscaya akan sehat dan sembuh dari penyakit. Tetapi barang siapa enggan berobat dengannya maka ia akan celaka di dunia dan diakhirat. (Abu Mazaya)
An-Najah.net